Bagaimana peristiwa osmosis?

Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membran plasma sebagai akibat perbedaan tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati satu membran dari larutan yang berkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar tinggi sehingga tercapai suatu kesetimbangan (Juwono dan Zaulfa, 2000 : 25).  Proses osmosis memiliki kecenderungan untuk menyeimbangkan konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui membran. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut sehingga mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami tetapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.
Struktur dinding sel dan membran sel berbeda yaitu membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Membran sel tumbuhan memang memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. (Salisbury, 1995).
Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika merendam bengkoang ke dalam larutan garam 10% maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuannya). Hal ini disebabkan potensial air dalam sel bengkoang tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut. Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel bengkoang tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel ini disebut plasmolisis.
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis, contohnya pada dinding sel. (Buana dkk, 2011:5)
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Contohnya pada sel daun Rhoea discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk ke sel dan terjadi endosmosis. Hal ini menyebabkan tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membran plasma. Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi, air dalam sel akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya membran dari dinding sel yang disebut plasmolisis. (Anonim, 2000:4)
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5).
Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yaitu Potensial Air (PA) dan Potensial Tekanan (PT), selain itu terdapat pula komponen lain yang juga penting yaitu Potensial Osmotik (PO). Hubungan antara nilai Potensial Air (PA), Potensial Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :

PA = PO + PT

Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan, maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman di atas menjadi :

PA = PO

Keterangan :    PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik

Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi medium dibuat hipotonis sehingga yang terjadi adalah cairan memenuhi ruang antar dinding sel dengan membran sel bergerak keluar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul ari ke dalam tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali dengan cairan sehingga akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula (Ferdinand an Ariwibowo, 2002:11).
Metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai potensial osmotik jaringan. Sebagai penaksiran terdekat, potensial osmotik jaringan ditaksir equivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50%, yang disebut incipient plasmolysis (Suyitno, 2010:21).
Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


Keterangan :    TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T    = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Tekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik bernilai negatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik sebagai berikut.
1.      Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. Bila zat terlarut bukan zat terlarut dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut pasti akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
2.      Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada perbandingan antara jumlah pelarut dengan partikel yang dikandung didalamnya yaitu ion, molekul, dan partikel koloida.

3.      Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida. Dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
4.      Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya. Hasil pengukur terhadap 1 molal larutan sukrosa, menunjukkan bahwa kenaikan suhu akan menurunkan nilai potensial osmotik larutan tersebut.
5.      Imbibisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kemampuan zat tersebut untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui kecepatan imbibisi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar